Category Archives: Ilmu Kesehatan Anak

Pneumonia Pada Anak

Pneumonia biasanya disebabkan oleh virus atau bakteria. Sebagian besar episode yang serius disebabkan oleh bakteria. Biasanya sulit untuk menentukan penyebab spesifik melalui gambaran klinis atau gambaran foto dada.
Dalam program penanggulangan penyakit ISPA, pneumonia diklasifikasikan sebagai pneumonia sangat berat, pneumonia berat, pneumonia dan bukan pneumonia, berdasarkan ada tidaknya tanda bahaya, tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam dan frekuensi napas, dan dengan pengobatan yang spesifik untuk masing-masing derajat penyakit.
Dalam MTBS/IMCI, anak dengan batuk di”klasifikasi”kan sebagai penyakit sangat berat (pneumonia berat) dan pasien harus dirawat-inap; pneumonia yang berobat jalan, dan batuk: bukan pneumonia yang cukup diberi nasihat untuk perawatan di rumah. Derajat keparahan dalam diagnosis

pneumonia dalam buku ini dapat dibagi menjadi pneumonia berat yang harus
di rawat inap dan pneumonia ringan yang bisa rawat jalan.
Tabel 9. Hubungan antara Diagnosis klinis dan Klasifikasi-Pneumonia
(MTBS)

Diagnosis (Klinis) Klasifikasi (MTBS)

  1. Pneumonia ringan (rawat jalan) Pneumonia
  2. Infeksi respiratorik akut atas Batuk: bukan pneumonia
  3. Pneumonia berat (rawat inap):
    • Tanpa gejala hipoksemia Penyakit sangat berat
    • Dengan gejala hipoksemia (Pneumonia berat)
    • Dengan komplikasi

Pneumonia ringan

Diagnosis

Di samping batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat napas cepat saja.

Napas cepat:

  • Pada anak umur 2 bulan – 11 bulan: ≥ 50 kali/menit
  • Pada anak umur 1 tahun – 5 tahun : ≥ 40 kali/menit
  • Pastikan bahwa anak tidak mempunyai tanda-tanda pneumonia berat

Tatalaksana

  • Anak di rawat jalan
  • Beri antibiotik: Kotrimoksasol (4 mg TMP/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3
  • hari atau Amoksisilin (25 mg/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari. Untuk
  • pasien HIV diberikan selama 5 hari.

Tindak lanjut

  • Anjurkan ibu untuk memberi makan anak.
  • Nasihati ibu untuk membawa kembali anaknya setelah 2 hari, atau lebih cepat kalau keadaan anak memburuk atau
  • Tidak bisa minum atau menyusu.

Ketika anak kembali:

  • Jika pernapasannya membaik (melambat), demam berkurang, nafsu
  • makan membaik, lanjutkan pengobatan sampai seluruhnya 3 hari.
  • pneumonia RINGAN

FILARIASIS

LYMPHATIC FILARIASIS

Kompetensi : 4

Laporan Penyakit : 0702 ICD X :B.74

Definisi

Filariasis (penyakit kaki gajah) adalah penyakit menular kronik yang disebabkan sumbatan cacing filaria di kelenjar / saluran getah bening, menimbulkan gejala klinis akut berupa demam berulang, radang kelenjar / saluran getah bening, edema dan gejala kronik berupa elefantiasis.

Penyebab

Di Indonesia ditemukan 3 spesies cacing filaria, yaitu Wuchereria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori yang masing-masing sebagai penyebab filariasis bancrofti, filariasis malayi dan filariasis timori. Beragam spesies nyamuk dapat berperan sebagai penular (vektor) penyakit tersebut.

Cara Penularan

Seseorang tertular filariasis bila digigit nyamuk yang mengandung larva infektif cacing filaria. Nyamuk yang menularkan filariasis adalah Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes dan Armigeres. Nyamuk tersebut tersebar luas di seluruh Indonesia sesuai dengan keadaan lingkungan habitatnya (got/saluran air, sawah, rawa, hutan).

Gambaran klinik

Filariasis tanpa Gejala 

  • Umumnya di daerah endemik
  • Pada pemeriksaan fisik hanya ditemukan pembesaran kelenjar limfe terutama di daerah inguinal.
  • Pada pemeriksaan darah ditemukan mikrofilaria dalam jumlah besar dan eosinofilia.

Filariasis dengan Peradangan

  • Demam, menggigil, sakit kepala, muntah dan lemah yang dapat berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu.
  • Organ yang terkena terutama saluran limfe tungkai dan alat kelamin.
  • Pada laki-laki umumnya terdapat funikulitis disertai penebalan dan rasa nyeri, epididimitis, orkitis dan pembengkakan skrotum.
  • Serangan akut dapat berlangsung satu bulan atau lebih.
  • Bila keadaannya berat dapat menyebabkan abses ginjal, pembengkakan epididimis, jaringan retroperitoneal, kelenjar inguinal dan otot ileopsoas.

Filariasis dengan Penyumbatan

  • Pada stadium menahun terjadi jaringan granulasi yang proliferatif serta pelebaran saluran limfe yang luas lalu timbul elefantiasis.
  • Penyumbatan duktus torasikus atau saluran limfe perut bagian tengah mempengaruhi skrotum dan penis pada laki-laki dan bagian luar alat kelamin pada perempuan.
  • Infeksi kelenjar inguinal dapat mempengaruhi tungkai dan bagian luar alat kelamin.
  • Elefantiasis umumnya mengenai tungkai serta alat kelamin dan menyebabkan perubahan yang luas.
  • Bila saluran limfe kandung kencing dan ginjal pecah akan timbul kiluria (keluarnya cairan limfe dalam urin)
  • Sedangkan bila yang pecah tunika vaginalis akan terjadi hidrokel atau kilokel, dan bila yang pecah saluran limfe peritoneum terjadi asites yang mengandung kilus.
  • Gambaran yang sering tampak ialah hidrokel dan limfangitis alat kelamin.
  • Limfangitis dan elefantiasis dapat diperberat oleh infeksi sekunder Streptococcus.

Diagnosis

  • Diagnosis filariasis dapat ditegakkan secara klinis.
  • Diagnosis dipastikan dengan menemukan mikrofilaria dalam darah tepi yang diambil malam hari (pukul 22.00 – 02.00 dinihari) dan dipulas dengan pewarnaan Giemsa.
  • Pada keadaan kronik pemeriksaan ini sering negatif.

Penatalaksanaan

Perawatan Umum

  • Istirahat di tempat tidur
  • Antibiotik untuk infeksi sekunder dan abses
  • Perawatan elefantiasis dengan mencuci kaki dan merawat luka.

Pengobatan Spesifik

Untuk pengobatan individual diberikan Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) 6 mg/kgBB 3 x sehari selama 12 hari.

  • Efek samping : pusing, mual dan demam selama menggunakan obat ini.
  • Pengobatan masal (rekomendasi WHO) adalah DEC 6 mg/kgBB dan albendazol 400mg  (+ parasetamol) dosis tunggal, sekali setahun selama 5 tahun.
  • Implementation unit (IU) adalah kecamatan / wilayah kerja puskesmas (jumlah penduduk 8.000 – 10.000 orang).

Tabel 1. Dosis DEC untuk filariasis berdasarkan umur

Umur

DEC (100mg)

Albendazol (400mg)

2 – 6 tahun

1 tablet

1 tablet

7 – 12 tahun

2 tablet

1 tablet

> 13 tahun

3 tablet

1 tablet

Sumber : PEDOMAN PENGOBATAN DASAR DI PUSKESMAS, DEPKES RI

DEMAM BERDARAH DENGUE

dengue-feverKompetensi : 3A

Laporan Penyakit : 0405 ICD X : A.91

Definisi

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit yang ditandai dengan:
  1. Demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2 – 7 hari;
  2. Manifestasi perdarahan (petekie, purpura, perdarahan konjungtiva, epistaksis, ekimosis, perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena, hematuri) termasuk uji Tourniquet (Rumple Leede) positif;
  3. Trombositopeni (jumlah trombosit 100.000/•l);
  4. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit • 20%);
  5. Disertai dengan atau tanpa pembesaran hati (hepatomegali)

Penyebab

Virus dengue yang sampai sekarang dikenal 4 serotipe (Dengue-1, Dengue-2,Dengue-3 dan Dengue-4), termasuk dalam group B Arthropod Borne Virus (Arbovirus). Ke-empat serotipe virus ini telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa Dengue-3 sangat berkaitan dengan kasus DBD berat dan merupakan serotipe yang paling luas distribusinya disusul oleh Dengue-2, Dengue-1 dan Dengue-4.

Cara Penularan

  • Penularan DBD umumnya melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti meskipun dapat juga ditularkan oleh Aedes albopictus yang biasanya hidup di kebun-kebun.
  • Nyamuk penular DBD ini terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut.

Gambaran Klinis

  1. Masa inkubasi biasanya berkisar antara 4 – 7 hari
  2. Demam  tinggi yang mendadak, terus menerus berlangsung 2 – 7 hari. Panas dapat turun pada hari ke-3 yang kemudian naik lagi, dan pada hari ke-6 atau ke-7 panas mendadak turun.
  3. Tanda-tanda perdarahan
    • Perdarahan ini terjadi di semua organ. Bentuk perdarahan dapat hanya berupa uji Tourniquet (Rumple Leede) positif atau dalam bentuk satu atau lebih manifestasi perdarahan sebagai berikut: Petekie, Purpura, Ekimosis, Perdarahan konjungtiva, Epistaksis, Pendarahan gusi, Hematemesis, Melena dan Hematuri. Petekie sering sulit dibedakan dengan bekas gigitan nyamuk.
    • Untuk membedakannya regangkan kulit, jika hilang maka bukan petekie. Uji Tourniquet positif sebagai tanda perdarahan ringan, dapat dinilai sebagai presumptif test (dugaan keras) oleh karena uji Tourniquet positif pada hari-hari pertama demam terdapat pada sebagian besar penderita DBD. Namun uji Tourniquet positif dapat juga dijumpai pada penyakit virus lain (campak, demam chikungunya), infeksi bakteri (Typhus abdominalis) dan lain-lain. Uji Tourniquet dinyatakan positif, jika terdapat 10 atau lebih petekie pada seluas 1 inci persegi (2,5×2,5 cm) di lengan bawah bagian depan (volar) dekat lipat siku (fossa cubiti)
  4. Pembesaran hati (hepatomegali)
    • Pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit
    • Pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit
    • Nyeri tekan sering ditemukan tanpa disertai ikterus.
  5. Renjatan (syok)
    • Kulit teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari tangan dan kaki
    • Penderita menjadi gelisah
    • Sianosis di sekitar mulut
    • Nadi cepat, lemah, kecil sampai tak teraba
    • Tekanan nadi menurun, sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang.
  6. Trombositopeni
    • Jumlah trombosit 100.000/•l biasanya ditemukan diantara hari ke 3 – 7 sakit
    • Pemeriksaan trombosit perlu diulang sampai terbukti bag. Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit)
    • Peningkatnya nilai hematokrit (Ht) menggambarakan hemokonsentrasi selalu dijumpai pada DBD, merupakan indikator yang peka terjadinya perembesan plasma, sehingga dilakukan pemeriksaan hematokrit secara berkala.
    • Pada umumnya penurunan trombosit mendahului peningkatan hematokrit. Hemokonsentrasi dengan peningkatan hematokrit > 20% (misalnya 35% menjadi 42%: 35/100 x 42 = 7, 35+7=42), mencerminkan peningkatan permeabilitas kapiler dan perembesan plasma. Perlu mendapat perhatian, bahwa nilai hematokrit dipengaruhi oleh penggantian cairan atau perdarahan. Penurunan nilai hematokrit  >20% setelah pemberian cairan yang adekuat, nilai Ht diasumsikan sesuai nilai setelah pemberian cairan.
  7. Gejala klinik lain
    • Gejala klinik lain yang dapat menyertai penderita DBD ialah nyeri otot, anoreksia, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare atau konstipasi, dan kejang
    • Pada beberapa kasus terjadi hiperpireksia disertai kejang dan penurunan kesadaran sehingga sering di diagnosis sebagai ensefalitis
    • Keluhan sakit perut yang hebat sering kali timbul mendahului perdarahan gastrointestinal dan renjatan

Diagnosis

  • Tersangka Demam Berdarah Dengue 
  • Dinyatakan Tersangka Demam Berdarah Dengue apabila demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2-7 hari disertai manifestasi perdarahan (sekurang-kurangnya uji Tourniquet positif) dan/atau trombositopenia (jumlah trombosit 100.000/•l)
  • Penderita Demam Berdarah Dengue derajat 1 dan 2
  • Diagnosis demam berdarah dengue ditegakkan atau dinyatakan sebagai penderita DBD apabila demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2 – 7 hari disertai manifestasi perdarahan (sekurangkurangnya uji Tourniquet positif), trombositopenia, dan hemokonsentrasi (diagnosis klinis). atau hasil pemeriksaan serologis pada Tersangka DBD, menunjukkan hasil positif pada pemeriksaan HI test atau terjadi peninggian (positif) IgG saja atau IgM dan IgG pada pemeriksaan dengue rapid test (diagnosis laboratoris)

Penatalaksanaan

Penatalaksana demam berdarah dengue (pada anak)

  1. Adakah tanda kedaruratan, yaitu tanda syok (gelisah, nafas cepat, bibir biru, tangan dan kaki dingin, kulit lembab), muntah terus-menerus, kejang, kesadaran menurun, muntah darah, tinja darah, maka pasien perlu dirawat / dirujuk.
  2. Apabila tidak dijumpai tanda kedaruratan, periksa uji Tourniquet dan hitung trombosit
    • Bila uji Tourniquet positif dan jumlah trombosit 100.000/•l, penderita dirawat / dirujuk.
    • Bila uji Tourniquet negatif dengan trombosit > 100.000/•l atau normal, pasien boleh pulang dengan pesan untuk datang kembali setiap hari sampai suhu turun.
  3. Pasien dianjurkan minum banyak, seperti: air teh, susu, sirup, oralit, jus buah dan lain-lain.
  4. Berikan obat antipiretik golongan parasetamol jangan golongan salisilat.
  5. Apabila selama di rumah demam tidak turun pada hari sakit ketiga, evaluasi tanda klinis adakah tanda-tanda syok, yaitu anak menjadi gelisah, ujung kaki / tangan dingin, sakit perut, tinja hitam, kencing berkurang; bila perlu periksa Hb, Ht dan trombosit.
  6. Apabila terdapat tanda syok atau terdapat peningkatan Ht dan / atau penurunan trombosit, segera rujuk ke rumah sakit.

Penatalaksanaan demam berdarah dengue (pada dewasa)

  • Pasien yang dicurigai menderita DBD dengan hasil Hb, Ht dan trombosit dalam batas nomal dapat dipulangkan dengan anjuran kembali kontrol dalam waktu 24 jam berikutnya
  • Bila keadaan pasien memburuk agar segera kembali ke puskesmas atau fasilitas kesehatan lainnya.
  • Sedangkan pada kasus yang meragukan indikasi rawatnya, maka untuk sementara pasien tetap diobservasi dengan anjuran minum yang banyak, serta diberikan infus ringer laktat sebanyak 500cc dalam 4 jam. Setelah itu dilakukan pemeriksaan ulang Hb, Ht dan trombosit.
Pasien dirujuk ke rumah sakit apabila didapatkan hasil sebagai berikut.
  • Hb, Ht dalam batas normal dengan jumlah trombosit < 100.000/•l atau
  • Hb, Ht yang meningkat dengan jumlah trombosit < 150.000/•l trombosit dalam batas normal atau menurun.
  • Pemeriksaan dilakukan pada saat pasien diduga menderita DBD, bila normal maka diulang tiap`hari sampai suhu turun.
Sumber : PEDOMAN PENGOBATAN DASAR DI PUSKESMAS, DEPKES RI